Breaking News
Loading...
3.12.14

Jelajah Bumi Brunei Darussalam

12/03/2014 09:10:00 AM
Negara Brunei Darussalam - Setelah posting sebelumnya mengenai  perjalanan saya ke salah satu pulau kecil di barat daya kota Jepara, maka kali ini saya ingin menuliskan satu perjalanan “budaya” saya ke negeri kaya minyak, Brunei Darussalam. Sebetulnya, saya tidak merencanakan untuk berkunjung ke negara ini. Karena negara ini bukan merupakan salah satu tujuan wisata yang diminati di Asia Tenggara. Dan memang, susah sekali untuk mencari referensi dari para traveler mengenai wisata di negara ini. Namun demikian, ini tidak menjadi penghalang bagi saya untuk mengunjungi negara ini.

Negara Brunei Darussalam
Brunei Darussalam
Sumber : www.catatan-efi.com 
 
Brunei Darussalam merupakan negara kecil yang menempel di pulau Kalimantan. Saya berangkat kesini dengan terlebih dahulu singgah melalui flight ke Kota Kinabalu. Tentunya dengan budget yang cukup terbatas, saya naik penerbangan maskapai yang punya moto “everyone can flight”. Dari Kota Kinabalu (KK), saya naik kapal feri dari Labuan Port Marina menuju Brunei. Perjalanan kapal feri ini memakan waktu sekitar 1 jam. Sesampai di Muara, kita langsung oper naik bus kota yang sederhana. Tiketnya seharga 1 BND (mata uang yang digunakan di Brunei senilai dengan kurs dollar Singapura). Tujuan penginapan kita hanya satu, ke Asrama Belia. Itu satu-satunya penginapan yang harganya terjangkau, yakni 10BND. Namun, karena saya kesulitan menemukan tempatnya, akhirnya saya mengikuti bus ini sampai ke terminal di pusat kotanya. Dan setelah itu, saya pun kebingungan mencari penginapan. Di Brunei, tarif penginapan cukup mahal, dan pilihannya terbatas. Selain asrama belia itu, hanya ada 1 penginapan yang rate harga kamarnya di bawah 1 juta. Penginapan itu letaknya berdekatan dengan terminal bus tersebut, di sebuah ruko. Sebetulnya tidak representative untuk dijadikan penginapan, tapi akan sangat over budget kalau saya memilih stay di hotel.

Selama perjalanan naik bis menuju terminal, saya merasa familiar dengan logat dan bahasa yang digunakan oleh penumpang bus. Ya, karena sebagian besar penumpangnya adalah TKI yang berasal dari Indonesia. Dan memang, karena kayanya negara ini, maka mungkin yang kita jumpai di angkutan umum adalah para warga negara kelas dua yang mencari nafkah di negara Brunei Darussalam. Dan jangan kaget, jika ke negara ini, taksi adalah kendaraan langka yang bisa dijumpai. Selama saya berada di sini 2 hari 1 malam, saya hanya sempat melihat 2 buah taksi. Konon, info yang saya dapat disini jumlah taksi tidak sampai angka 100. Transportasi umum yang lazim digunakan adalah bus, dan busnya memang tidak terlalu bagus dan modern, tapi cukup terawat.

Satu hal yang masih saya ingat adalah suasana malam yang sepi di kota ini. Berbeda dengan Jakarta yang hiruk pikuk dan padat, disini suasana sangat sepi setelah magrib usai. Jalanan sepi, bahkan kalau mau berbaring di jalanan selepas magrib, bukan hal yang mustahil untuk dilakukan. Di negara yang menganut syariat Islam ini menerapkan jam kerja yang cukup pendek, dari jam 9 pagi sampai jam 4 sore. Jam 5 sore terlihat sedikit kepadatan arus lalu lintas, namun akan menjadi lengang ketika menjelang magrib. Suasana damai begitu terasa, bahkan saat pertama kali memasuki kota Brunei Darussalam.

Tempat wisata kota ini memang tidak begitu banyak. Waktu itu saya hanya pergi ke Brunei Museum, Kampung Anyer, Pasar Kiangeh, Mall of Brunei (satu-satunya mall di kota ini), dan melihat istana Kerajaan Brunei. Makanan cukup mahal, harganya sama seperti di Singapura. Kalau mau makan murah, bisa ke Pasar Kiangeh, ya tentu saja Anda akan bertemu dengan banyak TKI disini. Harga semangkok soto plus teh hangat sekitar 5 BND (1 BND = 7500). Rasanya tentunya tidak sesuai ekspektasi kita ya, karena ini betul-betul pasar yang letaknya di pinggir sungai. Dan pasar ini hanya ada di pagi hari, jadi silahkan untuk dipikirkan alternatif makanan yang lain.

Dan yang paling berkesan dari perjalanan ini adalah saat perjalanan pulang dari Brunei Darussalam ke KK. Saya memilih alternatif berkendara dengan bus meskipun waktu tempuhnya lebih lama daripada naik kapal feri. Perjalanan bus ini dengan keluar masuk perbatasan Brunei dan Malaysia, hingga passport saya berhak mendapatkan 13 kali cap imigrasi.  

0 comments:

Post a Comment

 
Toggle Footer